Selasa, 21 Februari 2012

Orangutan Belum Mati Meski Ditebas Mandau Dua Kali


Orangutan Belum Mati Meski Ditebas Mandau Dua Kali

TRIBUNnews.com – Rab, 8 Feb 2012
TRIBUNNEWS.CPM, SANGATTA - Jajaran Reskrim Polres Kutim telah melakukan rekonstruksi kasus dugaan pembunuhan orangutan di area PT Citra Prima Selaras (CPS), yang beraktifitas di Kecamatan Muara Ancalong, Kabupaten Kutai Timur pada Selasa (7/2/2012) siang.
Dalam sesi rekonstruksi, para pelaku mengaku melakukan pembunuhan orangutan dengan alasan menyelamatkan diri juga menyelamatkan kawan yang dikejar orangutan. Demikian dijelaskan Kapolres Kutim, AKBP Budi Santoso, melalui Kaur Bin Ops Satreskrim Polres Kutim, Iptu Rico Yunarsi, Rabu (8/2/2012).
Berdasarkan kronologi yang terungkap dalam rekonstruksi, awalnya tersangka TJR menemukan orangutan yang sedang mencabut sawit saat ia bertugas sebagai tim pengendalian hama.
Saat itu TJR berusaha mengusir orangutan itu dengan berteriak. Namun orangutan justru menoleh dan mulai mendekat ke arah teriakan. Merasa dikejar, TJR kemudian menombak orangutan tersebut dengan kayu lancip.
Namun TJR menyebut orangutan tersebut terus mengejarnya. Ia pun berteriak meminta pertolongan. Tak lama kemudian, datanglah tersangka TUL dan MAN. Kedua tersangka yang bertugas di bagian pemupukan sawit itu bergegas datang karena mendengar TJR meminta tolong.
Saat melihat kawannya dikejar, keduanya langsung mendatangi orangutan tersebut. "Keduanya mengakui membacok bagian belakang tubuh orangutan dengan parang mandau masing-masing dua kali," kata Rico. Namun setelah dibacok, hewan tersebut belum mati.
Setelah itu, datanglah tersangka lain yaitu JUL yang memukul orangutan selama beberapa kali dengan kayu. Tak lama kemudian, orangutan itu berjalan dengan gontai dan akhirnya roboh.
Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 26 Mei 2011 sekitar pukul 16.00. Jasad orangutan baru dikuburkan keesokan paginya. Peristiwa robohnya orangutan maupun penguburannya sempat direkam melalui perangkat video recorder pada handphone pekerja lain yang melihat peristiwa tersebut. 


Lelaki Ini Mengklaim Putra Adolf Hitler


Lelaki Ini Mengklaim Putra Adolf Hitler
TEMPO.CO – Min, 19 Feb 2012
TEMPO.CO , Paris - Jean-Marie Loret, pria berkebangsaan Prancis, mengklaim dirinya sebagai putra pemimpin tertinggi Nazi, Adolf Hitler. Meski klaim telah muncul sejak 1970-an, kuasa hukum Lorait, Francois Gibault, kemarin, Jumat 17 Februari 2012, melalui Le Point Magazine, mempublikasikan foto-foto yang memperkuat bukti.
Sebuah foto menunjukkan kemiripan wajah Loret dengan Hitler. Mereka memiliki kesamaan garis wajah dan bentuk bibir. Loret lahir pada Maret 1918 dan meninggal tahun 1985.
Ia dibesarkan tanpa pernah mengetahui siapa ayahnya. Hingga di usianya yang ke-16, ibunya, Charlotte Lobjoie, memberi tahu Loret bahwa ia adalah putra Adolf Hitler.
Lobjoie mengatakan dirinya memiliki hubungan asmara dengan Hitler yang tak diketahui banyak orang. Lobjoie akhirnya memberi tahu Loret siapa ayahnya karena ia dihantui perasaan bersalah telah menyimpan suatu rahasia.
Berdasarkan informasi, Hitler dan Lobjoie menjalin hubungan sejak 1917, ketika Hitler menjadi anggota militer Jerman dan bertugas di Sebouncourt, Prancis. Saat itu para petani wanita yang sedang membersihkan jerami terpesona dengan tentara Jerman yang sedang berlatih.
»Semua teman saya terkagum-kagum dengan salah satu tentara Jerman yang tampak asyik menggambar, mereka menyuruhku mendekati tentara itu,” ujar Gibault menceritakan pertemuan Hitler dengan Lobjoie.
Dalam waktu singkat, keduanya menjalin hubungan percintaan. Kemudian, Lobjoie mengandung, dan setahun kemudian Loret dilahirkan.
Lobjoie pun bercerita, ketika Loret masih balita, Hitler sering mengajaknya berkeliling di sekitar desa tempat mereka tinggal. Namun Loret tidak pernah mengingat kebersamaan dengan ayahnya. Kenyataan pahit harus terjadi karena beberapa tahun kemudian Hitler kembali ke Jerman.
»Saya berdarah separuh Bavaria, namun saya sama sekali tidak bisa berbicara bahasa Jerman,” kata Loret.
Setelah pengakuan ibunya, Loret pun melakukan investigasi mengenai jati dirinya. Golongan darah dan tulisan tangan Loret diteliti. Hasilnya menunjukkan keduanya memiliki kecocokan.
Hingga kini belum pernah ada penjelasan pasti apakah pemimpin Fasis Jerman itu memiliki anak atau tidak. Melalui media, pengacara Francis Gibault pun berusaha memperkuat bukti-bukti.
DAILY MAIL | SATWIKA MOVEMENTI


Konservasi Gajah dan Orangutan Dalam “Born To Be Wild”


Konservasi Gajah dan Orangutan Dalam “Born To Be Wild”
Oleh della | Beranda Komunitas
Suatu pengalaman yang luar biasa bagi saya untuk berkesempatan menjadi salah satu orang yang diundang dalam pemutaran perdana film "Born to be Wild" di Indonesia, Senin, 20 Februari 2012 di Teater IMAX Keong Emas.
Tahun lalu, film ini mendapat sambutan yang amat meriah ketika diputar pertama kali di Amerika (dan kemudian Belanda). Narator film ini adalah Morgan Freeman, aktor papan atas Hollywood peraih Oscar tahun 2005.
Film dokumenter yang berdurasi 40 menit ini berkisah tentang perlindungan dua satwa yang hampir punah di dua lokasi yang berbeda. Secara spesifik, film ini menceritakan tentang dedikasi orang-orang hebat yang merawat binatang yatim piatu di konservasi orangutan, Kalimantan dan di konservasi gajah, Kenya.
Menurut saya, film ini menyampaikan pesan yang positif tanpa bermaksud menyalahkan berbagai pihak. Meski hutan telah dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab, alangkah baiknya jika kita tidak hanya sekedar berkomentar dan hanya menyusun wacana. Mulailah berupaya penyelamatan satwa liar dengan bertindak secara nyata.
Bintang utama "Born to be Wild" adalah Birute Galdikas, ilmuwan asal Kanada yang mengabdikan puluhan tahun hidupnya untuk riset dan konservasi di hutan Kalimantan. Dia mengatakan, banyak orangutan yang jadi yatim-piatu karena orangtua mereka dibunuh oleh tangan manusia.
Para perambah hutan atau bahkan penduduk setempat tega melakukan hal tersebut karena menganggap orangutan sebagai hama tanaman perkebunan.
Konservasi yang dipimpin Galdikas adalah rumah bagi populasi orangutan terbesar di dunia. Sekitar 300 ekor orangutan, baik yang sedang dirawat maupun sudah dilepas, mengisi hutan bebas di Kalimantan. Birute beserta para asistennya merawat anak yatim orangutan tersebut layaknya anak sendiri.
Film ini menunjukkan banyak adegan menggemaskan seperti momen saat orangutan diberi susu, berlaku manja kepada manusia hingga memanjat akar-akar di hutan buatan. Birute menekankan, yang mereka lakukan hanyalah merawat, bukan mengontrol tingkah lakunya.
Para orangutan tersebut dibiarkan bertingkah lepas dan liar karena mereka terlahir bukan untuk jadi binatang peliharaan.
Pengabdian serupa juga bisa kita lihat di Daphne Sheldrik dengan konservasi gajahnya di Kenya. Daphne tahu betul apa yang mesti dia lakukan untuk para bayi gajah yatim-piatu. Beberapa bayi gajah yang ditemukan di antara kawanan gajah jantan masih memerlukan susu dari gajah betina (yang sayangnya sudah terbunuh). Bila ini dibiarkan, populasi gajah tentu saja terancam terus berkurang.
Bayi gajah lebih sensitif. Saat dibawa ke pusat konservasi, di antara mereka terlihat masih mengalami trauma atas kejadian buruk yang menimpa ibu mereka. Bayi gajah akan susah tidur dan bertindak liar serta menganggap manusia sebagai musuh.
Daphne merawat bayi gajah dengan cukup detail. Banyak orang gagal merawat bayi gajah (dan berujung pada kematian) tapi Daphne tidak. Dia orang yang sangat mengerti dan telah berhasil merawat banyak bayi gajah di konservasi tersebut.
Salah satunya, dengan mengolesi krim pelembab dengan tabir surya di bagian belakang telinga bayi gajah, agar kulitnya tidak iritasi dan terbakar.
Jika sudah cukup waktu dan dianggap cukup kuat, bayi gajah yang telah tumbuh menjadi gajah remaja, dilepas kembali ke kawanan gajah. Momen yang paling mengharukan adalah ketika kawanan gajah tersebut menyambut dengan hangat kehadiran anggota baru di kelompok mereka.
Karena gajah adalah binatang yang memilki ingatan kuat, dia akan terus mengingat siapa yang merawatnya saat masih kecil.
Orangutan meninggalkan ibunya, dan memutuskan hidup mandiri saat berumur 7-8 tahun. Sebelum dilepas ke hutan bebas, kesehatan orangutan tersebut akan diperiksa, untuk memastikan kondisinya kuat untuk berjuang sendirian di hutan sendirian — tidak lagi dibantu manusia.
Taman Nasional Tanjung Puting adalah tempat terakhir orangutan akan dilepas.
Berkali-kali saya merasa tersentuh dan terharu dengan momen yang menampilkan berbagai kedekatan manusia dengan para binatang di film ini. Berdekatan dengan alam mengajarkan kita untuk menghargai dari setiap ciptaan Yang Maha Kuasa, dengan tidak merusak habitat yang ada.
Bagaimana nasib para binatang liar yang telah dirawat di dua konservasi tersebut, setelah ini? Semuanya, tergantung kita!

Kamis, Hari Terbaik untuk Bercinta


Kamis, Hari Terbaik untuk Bercinta

Oleh Innes | ghiboo.com 
Ghiboo.com - Bercinta memang bisa dilakukan pada hari apapun. Namun, sebuah riset menemukan satu hari terbaik dalam seminggu untuk melakukan hubungan seks bersama pasangan Anda.
Hari Kamis pagi dianggap waktu terbaik dalam seminggu untuk bercinta. Tak percaya?
Menurut riset yang dilakukan oleh London School of Economic, tingkat kartisol alami yang merangsang hormon seks, berada pada tingkat tertinggi pada hari Kamis.
Oleh karena itu, disarankan agar mengatur jam alarm Anda pada Kamis pagi. Peneliti percaya bahwa kadar testosteron pria sedang mencapai jumlah tertinggi pada hari Kamis. Demikian pula dengan tingkat estrogen wanita yang mencapai lima kali lebih tinggi dibandingkan hari-hari lain.
Riset ini juga menemukan kalau Rabu malam merupakan waktu yang ideal untuk melakukan kencan pertama, mengalahkan Sabtu malam. Survei terhadap 8.000 lajang menemukan, jika kencan berjalan dengan baik, memberikan waktu bagi seseorang, sebelum kencan kedua di akhir pekan.
(Berbagai sumber)


Asal Usul Nama James Bond


Asal Usul Nama James Bond

Oleh Aldy | ghiboo.com 
Ghiboo.com - Sejak novel pertamanya terbit pada 1953, tokoh fiksional James Bond terus bertahan hingga sekarang. Novelnya kemudian pun dibuatkan film dalam 22 judul dan 7 aktor berbeda telah memerankannya.James Bond sendiri diceritakan sebagai agen rahasia Inggris yang bekerja untuk MI6 dengan nomor sandi 007. Tapi tahukah Anda bahwa James Bond memang benar ada?>Namun jangan bayangkan James Bond ini sebagai agen Inggris yang playboy seperti di film. Ian Fleming, si pembuat novel mengambil nama untuk karakter ciptaannya dari seorang ornithologist (ahli di bidang ilmu burung) bernama James Bond.>Rupanya Fleming juga memiliki minat serupa dengan si ornithologist James Bond. Dia pun mengatakan kepada istri Bond bahwa nama Bond terdengar maskulin, tidak romantis, dan sedikit Anglo Saxon.>Ketika namanya dipakai untuk sebuah tokoh novel, James Bond pun setuju. Bond mungkin tidak menyangka bahwa namanya akan populer seperti sekarang.>"Ketika aku pertama kali menulis novel pada 1953, saya membayangkan Bond sebagai orang yang membosankan dan tak tertarik pada apapun. Ketika saya mencari nama untuk tokoh protagonis tersebut, Tuhan memberitahuku bahwa James Bond adalah nama membosankan yang pernah saya dengar," ujar Ian Fleming dalam sebuah wawancara dengan The New Yorker, 21 April 1962.>Fleming mereka-reka bahwa jika James Bond benar-benar ada, maka dia akan memiliki wajah seperti penyanyi Amerika jaman dahulu Hoagy Carmichael.>Total ada 12 judul novel dan dua cerpen yang diciptakan oleh Ian Fleming hingga kematiannya pada 1964. Sejak saat itu, novel Bond ditulis oleh enam penulis berbeda yang telah diberi izin.>(berbagai sumber)>