Sumber: Republika
Selama Ramadan tingkat beramal masyarakat sangat tinggi. Sayangnya kecenderungan itu menurun saat 11 bulan berikutnya. "Ini yang jadi masalah," kata President Direktur, Dompet Dhuafa, Ismail Agus Said, kepada Republika.
Ia mengatakan beramal kepada sesama tidak perlu menunggu bulan suci Ramadan. Sebab beramal atau berbagi bisa dilakukan kapan pun.
Menurut Ismail kecenderungan itu tidak salah. Tapi akan lebih baik apabila aktivitas sosial tidak perlu menunggu Ramadan tiba. Dengan demikian mereka yang berhak dapat segera terbantu. "Saya pikir, lantaranan pahalanya lebih besar, maka masyarakat lebih memilih beramal saat Ramadan," imbuhnya.
Salah satu solusinya ialah Lembaga Amal dan Zakat (LAZ) agar lebih aktif lagi dalam mengajak masyarakat. Misalnya dengan selalu mengedepankan program yang sedang berjalan lalu diberitahukan kepada para donatur untuk turut menyumbang. "Para donatur kita kan masih pasif, jadi LAZ harus lebih aktif lagi menarik masyarakat untuk beramal," jelasnya.
Sementara itu sampai hari ke 10 Ramadan, Dompet Dhuafa telah menjalin kerjasama dengan 10 perusahan nasional untuk menyalurkan bantuan kepada mereka yang berhak. Kondisi itu serupa dengan Ramadan tahun lalu. "Selama Ramadan pasti kita sibuk, apalagi banyak perusahaan yang hendak menyalurkan bantuan," urainya.
Bantuan yang diberikan cukup bervariasi. Mereka ada yang memberi bantuan tunai dan makanan. Namun yang paling banyak diminta adalah buka bersama anak yatim piatu.
Untuk Ramadan kali ini, Dompet Dhuafa menargetkan penyaluran bantuan senilai Rp 60 miliar. Setiap bantuan yang diberikan akan disesuaikan dengan sasaran secara merata. "Tahun lalu saja bisa Rp 220 miliar. Artinya apa, masyarakat mulai giat beramal. Tapi yaitu tadi diharapkan jangan di bulan Ramadan saja," pungkasnya.
http://id.custom.yahoo.com/ramadan/artikel-article/beramal-jangan-cuma-di-bulan-puasa-841