POPURI REPTILES-REPTIL-ULAR-KADAL-BIAWAK-LAMPU-PANAS-MBD-METABOLIC
BONE DISEASE-UV-VITAMIN D-KALSIUM- PEMAHAMAN SISTIM CAHAYA BAGI REPTIL SEBAGAI
BINATANG PELIHARAAN ANDA ( 1 )
There
is considerable confusion among many regarding the 'correct' type of lighting
to provide for tortoises and turtles which are over wintered, or which are kept
in terrarium habitats indoors for much of the year. Much of the blame for this
confusion can be laid at the doors of manufactures and retailers who often
issue inadequate and often seriously misleading information on the topic. In
this article, we will attempt to set the record straight.
Ada kebingungan yang
cukup besar mengenai
jenis pencahayaan yg ‘benar’ untuk kura-kura di musim dingin, atau yang di dalam terarium habitat untuk waktu yg cukup lama. Sebagian besar menyalahkan kebingungan ini pada breeder dan pengecer yang sering mengeluarkan informasi yang tidak memadai
dan sering menyesatkan . Pada artikel ini, kita akan
mencoba untuk meluruskannya.
First, a few basic facts:
Most reptiles require high quality and appropriate lighting to meet a
number of different metabolic needs. The only exceptions are certain nocturnal
and dense rainforest species. It is not necessarily the case that all of these
needs can be accommodated by one single form of lighting. A combination of
different lighting systems may be required in some cases.
Pertama, beberapa
fakta dasar:
Kebanyakan reptil membutuhkan kualitas tinggi dan pencahayaan yang tepat untuk memenuhi sejumlah kebutuhan metabolisme yang berbeda. Satu-satunya pengecualian yaitu spesies nocturnal dan species hutan hujan. dan belum tentu kasus ini menjawab bahwa semua kebutuhan tersebut dapat ditampung oleh satu bentuk pencahayaan.perlu Kombinasi dari sistem pencahayaan yang berbeda yg mungkin diperlukan dalam beberapa kasus.
Kebanyakan reptil membutuhkan kualitas tinggi dan pencahayaan yang tepat untuk memenuhi sejumlah kebutuhan metabolisme yang berbeda. Satu-satunya pengecualian yaitu spesies nocturnal dan species hutan hujan. dan belum tentu kasus ini menjawab bahwa semua kebutuhan tersebut dapat ditampung oleh satu bentuk pencahayaan.perlu Kombinasi dari sistem pencahayaan yang berbeda yg mungkin diperlukan dalam beberapa kasus.
Under natural conditions, in the wild, many reptiles synthesise their own vitamin
D3 from the UV component of sunlight. Vitamin D3 is essential for the effective
metabolism of dietary calcium in reptiles. Certain wavelengths in the UV
spectrum (290 - 320 nm) react with sterols in the skin to produce pre-vitamin
D3. This is in turn converted into vitamin D3 itself, using a process which
also depends upon heat. . Carnivorous and omnivorous reptiles get a high
proportion of their vitamin D3 requirement from their food, however, plants do
not contain D3, cholecalciferol, instead they contain D2, ergocalciferol, which
is far less efficient in calcium metabolism than D3. Herbivorous reptiles kept
indoors are, therefore, far more dependent upon the quantity and quality of
artificial lighting than carnivorous specimens.
Dalam kondisi alami,
di alam liar, banyak reptil mensintesis vitamin D3 mereka
sendiri dari komponen UV sinar matahari. Vitamin D3 sangat penting untuk
metabolisme kalsium yang efektif
pada reptil. Panjang gelombang tertentu
dalam spektrum UV (290 - 320 Nm) bereaksi
dengan sterol di dalam kulit
untuk memproduksi pra-vitamin D3. Hal ini pada
gilirannya akan diubah menjadi vitamin D3
sendiri, menggunakan proses yang juga tergantung pada panas. . Reptil
karnivora dan omnivora mendapatkan proporsi yang tinggi dari kebutuhan vitamin D3
dari makanan mereka, bagaimanapun juga,
tanaman tidak mengandung D3, cholecalciferol, melainkan
mengandung D2, ergocalciferol,
yang jauh kurang efisien dalam metabolisme kalsium dari D3. Reptil herbivora yang
dipelihara di dalam ruangan, jauh lebih tergantung pada kuantitas dan kualitas pencahayaan
buatan dibandingkan spesimen
karnivora.
If inadequate vitamin D3 is available, the animal will rapidly develop the
condition known as MBD or Metabolic Bone Disease. In this condition, bone
density suffers and various other serious metabolic problems occur. Symptoms
include swellings, lethargy, general weakness and tremors. The shell may also
become soft and pliable. MBD remains the number one killer of captive lizards,
tortoises and turtles (snakes are less affected as being highly carnivorous
they easily obtain their D3 requirement via their prey). To prevent MBD,
adequate levels of calcium must be present in the diet, and adequate (but not
excessive) quantities of D3 must be provided by means of dietary supplementation
or by exposure to adequate levels of UVB lighting. Rapidly growing specimens
such as hatchlings are most at risk, although adults too will be affected if
maintained in a state of deficiency for long enough. Egg laying females are
also at great risk, due to the extra demands egg production places upon their
calcium metabolism.
Jika vitamin D3 tidak tersedia, hewan akan
cepat mengalami kondisi yang dikenal sebagai Penyakit Tulang Metabolik atau
MBD. Dalam kondisi
ini, akan menderita kepadatan tulang dan berbagai masalah metabolisme yang serius akan
terjadi. Gejalanya termasuk bengkak,
lesu, kelemahan umum
dan tremor. Shell juga bisa menjadi lembut dan lentur. MBD tetap
nomor satu pembunuh kadal peliharaan, kura-kura (ular kurang
terpengaruh karena mereka karnivora yg dengan mudah mendapatkan
kebutuhan vitamin D3 melalui mangsanya). Untuk mencegah MBD, kadar
kalsium yang cukup harus hadir dalam makanan, dan memadai (tapi tidak berlebihan) jumlah D3 harus
disediakan lewat suplemen makanan
atau dari
paparan yang memadai pencahayaan
UVB. seperti tukik
yang sedang berkembang yang paling berisiko, lalu reptile dewasa juga
akan terpengaruh jika dipelihara dalam keadaan kekurangan yang cukup
lama. Betina yang bertelur juga
beresiko besar, karena telur menuntut produksi ekstra pada kalsium
metabolisme mereka.
In the tropics the light intensity of the sun at ground level is in the
region of 1,000,000 Lux, while even in the rainforest canopy it can exceed
7,000 Lux. By comparison, a 40W incandescent lamp typically produces less than
50 Lux when measured at a distance of only 1 meter! This demonstrates very
clearly just how very "dim" even the best illuminated terrarium is
compared to nature.
Di daerah tropis intensitas
cahaya matahari di
permukaan tanah adalah di wilayah
1.000.000 Lux, bahkan
di kanopi hutan hujan dapat
melebihi 7.000 Lux.
Sebagai perbandingan, sebuah lampu pijar 40W biasanya
menghasilkan kurang dari 50 Lux ketika diukur pada jarak hanya
1 meter! Hal ini menunjukkan
dengan sangat jelas betapa sangat "redup"nya, bahkan sebuah lampu
terarium yang terbaik dibandingkan dengan alam.
Artificial lamps used in vivaria and terraria fall into two main
categories:
- Incandescent lamps
- Spotlights/Reflector Lamps
These are standard incandescent lights with a silvered reflector backing to
direct the beam. They are more useful as a source of heat than light. They can
make excellent basking lamps, however.
Lampu buatan yang
digunakan dalam vivaria dan terraria
terbagi
ke dalam dua kategori utama:
• lampu pijar
• Lampu sorot / Lampu Reflector
Ini adalah lampu pijar standar dengan reflektor perak pendukung sebagai pengarah. Lampu-lampu tersebut berguna sebagai sumber panas dari pada sebagai sumber cahaya. Hingga dapat membuat lampu jemur yang baik.
• lampu pijar
• Lampu sorot / Lampu Reflector
Ini adalah lampu pijar standar dengan reflektor perak pendukung sebagai pengarah. Lampu-lampu tersebut berguna sebagai sumber panas dari pada sebagai sumber cahaya. Hingga dapat membuat lampu jemur yang baik.