Rabu, 01 Juni 2011

Duh! Sering Terjebak Macet Rawan Bercerai


Liputan6.com, Stockholm: Perselingkuhan bukan satu-satunya penyebab perceraian. Bahkan terjebak macet selama bermenit-menit juga salah satu penyebab hancurnya pernikahan. Temuan ini berdasarkan penelitian di Swedia.
Komuter yang memiliki gaji besar serta hidup mewah menempatkan perkawinan mereka berada pada risiko. Studi ini dilakukan para peneliti di Universitas Umea di Swedia. Mereka menemukan bahwa pekerja yang menempuh perjalanan jauh selama sekitar 45 menit atau lebih, dalam perjalanan di kereta atau terjebak dalam lalu lintas, 40 persen lebih mungkin berpisah dari pasangan mereka.
Bahkan, risiko berpisah tertinggi terjadi dalam tahun pertama pernikahan ketika mimpi hidup bersama berjalan dalam kehidupan sehari-hari seperti dilaporkan Daily Mail.
"Lebih banyak orang menghabiskan waktu lebih lama di jalan setiap harinya," kata ketua peneliti Erka Sandow Star.
"Tetapi dampak sosial dan fakta bahwa sebenarnya orang yang terlibat sering dilupakan," jelasnya.
Dalam rangka mencari keterkaitan antara waktu yang lebih lama bagi komuter di jalan dan perceraian, para peneliti melihat data statistik sebanyak 2 juta warga Swedia antara 1995 dan 2000.
Para peneliti menilai perjalanan 45 menit sebagai penyebab yang bisa mengakibatkan perceraian. Mungkin, dalam keluarga ketika pria menempuh jarak perjalanan yang panjang, istri seharusnya mengambil pekerjaan yang lebih dekat ke rumah, yang berarti lebih sedikit uang yang diperlukan, dan pembagian tanggung jawab yang lebih besar, baik untuk anak-anak dan rumah.
Apalagi, jika pasangan, kemungkinan besar suami, menghabiskan waktu yang lama di jalan dibandingkan di kantor dan rumah, kemungkinan besar ia akan terlalu lelah untuk mengulurkan tangan membantu dalam pekerjaan rumah tangga. Hal inilah yang akan menciptakan tempat berkembang biak bagi konflik.
"Perjalanan jauh untuk bekerja adalah baik untuk rekening bank dan status karir, tetapi mendekatkan rusaknya hubungan  yang mengarah ke perceraian," kata Sandow, seorang ahli geografi sosial di Universitas Umea,.
Sandow menegaskan kembali bahwa menyelesaikan konflik tersebut tidak boleh terlalu besar dari masalah. "Peningkatan komuter jarak jauh juga dapat dilihat positif dalam arti meningkatkan kebebasan individu untuk memilih tempat tinggal dan bekerja jarak jauh, orang tidak harus pindah untuk mendapatkan pekerjaan, atau dapat memilih area perumahan yang lebih disukai sambil menjaga pekerjaan lama mereka, "tulis Sandow di koran.
"Tidak semua orang berpisah. Banyak orang menganggap itu strategi yang berkelanjutan," imbuhnya.
Ahli Hubungan Jean Hannah Edelstein menambahkan, "Dalam kebanyakan hubungan ada dua orang dan tiga pekerjaan, tiap pasangan masing-masing memiliki pekerjaan dan kemudian ada masalah menjaga rumah".
"Anda harus mencari jalan yang disukai setiap orang seperti mereka sedang melakukan sejumlah pekerjaan yang adil. Yang membutuhkan banyak berbicara, mendengarkan, dan fleksibilitas".(TMG/MEL)



Liputan 6 – Sen, 30 Mei 2011