Rabu, 29 Agustus 2012

POPURI REPTILES-REPTIL-ULAR-KADAL-BIAWAK-LAMPU-PANAS-MBD-METABOLIC BONE DISEASE-UV-VITAMIN D-KALSIUM- PEMAHAMAN SISTIM CAHAYA BAGI REPTIL SEBAGAI BINATANG PELIHARAAN ANDA ( 1 )



POPURI REPTILES-REPTIL-ULAR-KADAL-BIAWAK-LAMPU-PANAS-MBD-METABOLIC BONE DISEASE-UV-VITAMIN D-KALSIUM- PEMAHAMAN SISTIM CAHAYA BAGI REPTIL SEBAGAI BINATANG PELIHARAAN ANDA ( 1 )

There is considerable confusion among many regarding the 'correct' type of lighting to provide for tortoises and turtles which are over wintered, or which are kept in terrarium habitats indoors for much of the year. Much of the blame for this confusion can be laid at the doors of manufactures and retailers who often issue inadequate and often seriously misleading information on the topic. In this article, we will attempt to set the record straight.

 
Ada kebingungan yang cukup besar  mengenai jenis pencahayaan yg ‘benar’ untuk  kura-kura di  musim dingin, atau yang di dalam  terarium habitat untuk waktu yg cukup lama. Sebagian besar menyalahkan kebingungan ini pada breeder dan pengecer yang sering mengeluarkan informasi yang tidak memadai dan sering menyesatkan . Pada artikel ini, kita akan mencoba untuk meluruskannya.


First, a few basic facts:
Most reptiles require high quality and appropriate lighting to meet a number of different metabolic needs. The only exceptions are certain nocturnal and dense rainforest species. It is not necessarily the case that all of these needs can be accommodated by one single form of lighting. A combination of different lighting systems may be required in some cases.

 
Pertama, beberapa fakta dasar:
Kebanyakan reptil membutuhkan kualitas tinggi dan pencahayaan yang tepat untuk memenuhi sejumlah kebutuhan metabolisme yang berbeda. Satu-satunya pengecualian yaitu spesies nocturnal dan species hutan hujan. dan belum tentu kasus ini menjawab bahwa semua kebutuhan tersebut dapat ditampung oleh satu bentuk pencahayaan.perlu Kombinasi dari sistem pencahayaan yang berbeda yg mungkin diperlukan dalam beberapa kasus.

 
Under natural conditions, in the wild, many reptiles synthesise their own vitamin D3 from the UV component of sunlight. Vitamin D3 is essential for the effective metabolism of dietary calcium in reptiles. Certain wavelengths in the UV spectrum (290 - 320 nm) react with sterols in the skin to produce pre-vitamin D3. This is in turn converted into vitamin D3 itself, using a process which also depends upon heat. . Carnivorous and omnivorous reptiles get a high proportion of their vitamin D3 requirement from their food, however, plants do not contain D3, cholecalciferol, instead they contain D2, ergocalciferol, which is far less efficient in calcium metabolism than D3. Herbivorous reptiles kept indoors are, therefore, far more dependent upon the quantity and quality of artificial lighting than carnivorous specimens.

 
Dalam kondisi alami, di alam liar, banyak reptil mensintesis vitamin D3 mereka sendiri dari komponen UV sinar matahari. Vitamin D3 sangat penting untuk metabolisme kalsium yang efektif pada reptil. Panjang gelombang tertentu dalam spektrum UV (290 - 320 Nm) bereaksi dengan sterol di dalam kulit untuk memproduksi pra-vitamin D3. Hal ini pada gilirannya akan diubah menjadi vitamin D3 sendiri, menggunakan proses yang juga tergantung pada panas. . Reptil karnivora dan omnivora mendapatkan proporsi yang tinggi dari kebutuhan vitamin D3 dari makanan mereka, bagaimanapun juga, tanaman tidak mengandung D3, cholecalciferol, melainkan mengandung D2, ergocalciferol, yang jauh kurang efisien dalam metabolisme kalsium dari D3. Reptil herbivora yang dipelihara di dalam ruangan, jauh lebih tergantung pada kuantitas dan kualitas pencahayaan buatan dibandingkan spesimen karnivora.


If inadequate vitamin D3 is available, the animal will rapidly develop the condition known as MBD or Metabolic Bone Disease. In this condition, bone density suffers and various other serious metabolic problems occur. Symptoms include swellings, lethargy, general weakness and tremors. The shell may also become soft and pliable. MBD remains the number one killer of captive lizards, tortoises and turtles (snakes are less affected as being highly carnivorous they easily obtain their D3 requirement via their prey). To prevent MBD, adequate levels of calcium must be present in the diet, and adequate (but not excessive) quantities of D3 must be provided by means of dietary supplementation or by exposure to adequate levels of UVB lighting. Rapidly growing specimens such as hatchlings are most at risk, although adults too will be affected if maintained in a state of deficiency for long enough. Egg laying females are also at great risk, due to the extra demands egg production places upon their calcium metabolism.

 
Jika vitamin D3 tidak tersedia, hewan akan cepat mengalami kondisi yang dikenal sebagai Penyakit Tulang Metabolik atau MBD. Dalam kondisi ini, akan menderita kepadatan tulang  dan berbagai masalah metabolisme yang serius akan terjadi. Gejalanya termasuk bengkak, lesu, kelemahan umum dan tremor. Shell juga bisa menjadi lembut dan lentur. MBD tetap nomor satu pembunuh kadal peliharaan, kura-kura (ular kurang terpengaruh karena mereka karnivora yg dengan mudah mendapatkan kebutuhan vitamin D3 melalui mangsanya). Untuk mencegah MBD, kadar kalsium yang cukup harus hadir dalam makanan, dan memadai (tapi tidak berlebihan) jumlah D3 harus disediakan lewat suplemen makanan atau dari paparan yang memadai pencahayaan UVB. seperti tukik yang sedang berkembang yang paling berisiko, lalu reptile dewasa juga akan terpengaruh jika dipelihara dalam keadaan kekurangan yang cukup lama. Betina yang bertelur juga beresiko besar, karena telur menuntut produksi ekstra pada kalsium metabolisme mereka.


In the tropics the light intensity of the sun at ground level is in the region of 1,000,000 Lux, while even in the rainforest canopy it can exceed 7,000 Lux. By comparison, a 40W incandescent lamp typically produces less than 50 Lux when measured at a distance of only 1 meter! This demonstrates very clearly just how very "dim" even the best illuminated terrarium is compared to nature.

 
Di daerah tropis intensitas cahaya matahari di permukaan tanah adalah di wilayah 1.000.000 Lux, bahkan di kanopi hutan hujan dapat melebihi 7.000 Lux. Sebagai perbandingan, sebuah lampu pijar 40W biasanya menghasilkan kurang dari 50 Lux ketika diukur pada jarak hanya 1 meter! Hal ini menunjukkan dengan sangat jelas betapa sangat "redup"nya, bahkan sebuah lampu terarium yang terbaik dibandingkan dengan alam.



Artificial lamps used in vivaria and terraria fall into two main categories:
  • Incandescent lamps
  • Spotlights/Reflector Lamps
These are standard incandescent lights with a silvered reflector backing to direct the beam. They are more useful as a source of heat than light. They can make excellent basking lamps, however.

 
Lampu buatan yang digunakan dalam vivaria dan terraria terbagi ke dalam dua kategori utama:
lampu pijar
Lampu sorot / Lampu Reflector
Ini adalah lampu pijar standar dengan reflektor perak pendukung sebagai pengarah. Lampu-lampu tersebut  berguna sebagai sumber panas dari pada sebagai sumber cahaya. Hingga dapat membuat lampu jemur yang baik.