Liputan6.com, Washington: Juni 1968 silam, Sirhan menembak mati Robert F Kennedy atau yang akrab disapa Bobby Kennedy di dapur Hotel Ambassador Los Angeles, beberapa saat setelah kandidat presiden dari Partai Demokrat AS ini memastikan kemenangan penting dalam pemilu presiden tahun itu. Bobby adalah adik dari Presiden John F Kennedy yang juga tewas dibunuh ketika sedang berparade di Dallas, Texas.
"Saya melakukannya untuk negara saya," teriak pemuda Palestina yang baru berusia 24 tahun itu saat ditangkap. Di tangan Sirhan, polisi menemukan sebuah buku harian berisi detail-detail kebenciannya kepada Bobby yang menjanjikan dukungan militer kepada Israel jika ia terpilih. Kejadian ini memang terjadi hanya setahun setelah Perang Enam Hari antara Israel dan negara-negara Arab pecah.
Kendati demikian, Bill Pepper, pengacara Sirhan yang untuk ke-14 kalinya akan mengajukan pembebasan bersyarat bagi kliennya tersebut mengungkapkan bahwa Sirhan menembak Bobby di bawah pengaruh hipnotis. "Sirhan diprogram melalui proses yang berhubungan dengan hipnotis dan zat-zat kimia. Seseorang, sejumlah kelompok atau sejumlah agensi melakukan hal ini. Mungkin pemerintah AS ketika itu juga bertanggung jawab," ujar Pepper.
Meskipun saat penembakan terdapat puluhan saksi mata di tempat kejadian yang melihat Sirhan menembak Bobby Kennedy, namun Pepper juga percaya adanya konspirasi dalam peristiwa ini. "Kita tahu peluru yang ditembakan Sirhan tidak mematikan. Para saksi mengatakan bahwa dia berdiri di tempat yang salah. Dia di sana hanya sebagai pengalih perhatian. Ada penembak kedua," jelas Pepper.
Sidang dengar pendapat mengenai permohonan bebas bersyarat bagi Sirhan sendiri akan digelar di Coalinga, California, Rabu (2/3) hari ini. Isu yang akan menjadi bahan perdebatan adalah apakah Sirhan yang kini berusia 66 tahun itu, telah cukup menjalani hukuman dan tidak berbahaya bagi publik jika dibebaskan. (CHR/Vin)
Liputan 6 - Kamis, 3 Maret
http://id.news.yahoo.com/lptn/20110302/twl-pembunuh-bobby-kennedy-dalam-pengaru-deaf2f6.html