Minggu, 21 November 2010

NATO Sepakat Bangun Perisai Pertahanan Rudal

Lisabon .Para pemimpin Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jumat sepakat untuk membangun sistem yang menghubungkan perisai pertahanan rudal di Amerika Serikat dan Eropa guna melindungi negara-negara anggotanya dari serangan jarak jauh dari kawasan seperti Timur Tengah.
Beberapa pejabat AS menjelaskan payung perlindungan itu, yang akan digelar dalam beberapa tahap mulai tahun depan hingga 2020, akan mampu mencegat rudal-rudal balistik jarak jauh dan antarbenua.
Pencegat-pencegat rudal dan radar AS akan ditempatkan di Eropa berdasar rencana yang para pejabat NATO katakan akan minta negara-negara aliansi itu untuk menginvestasikan 200 juta euro (280 juta dolar AS) untuk menghubungkan sistem anti-rudal yang ada ke sistem AS.
"Itu (sistem) memberikan peran pada semua sekutu kita. Itu menjawab ancaman pada masa kita," kata Presiden AS Barack Obama kepada wartawan pada pertemuan puncak NATO di Lisabon.
Para pemimpin itu akan mengundang Moskow, bekas musuh NATO pada waktu Perang Dingin, untuk ikut sistim tersebut ketika mereka bertemu dengan Presiden Rusia Dmitry Medvedev di Lisabon, Sabtu.
"Besok kami menanti untuk bekerja sama dengan Rusia untuk membangun kerjasama kami dengan mereka di bidang ini juga, mengakui bahwa kita sama-sama menanggung banyak ancaman yang sama," kata Obama.
NATO mengharapkan akan mengurangi kekhawatiran Rusia perihal apa tujuan yang akan sistim itu capai, dan melibatkan Kremlin pada beberapa tingkat tanpa mengkompromikan tahun-tahun kerja yang telah dilakukan dalam mempersiapkan sistim pertahanan rudal itu.
Radar di Turki
Obama menjelaskan rencana itu akan berdasarkan pada sistem AS yang dikenal sebagai Pendekatan Adaptif Bertahap yang ia umumkan tahun lalu.
Hal itu akan melibatkan penempatan pencegat-pencegat yang ditempatkan di kapal di Laut Tengah mulai 2011, diikuti dengan pencegat-pencegat yang dipangkalkan di darat di Rumania mulai 2015 dan di Polandia dari 2018.
AS juga tertarik untuk menempatkan sebuah radar progresif di Turki, negara anggota NATO lainnya.
Para pejabat NATO sebelumnya mengatakan sistem itu dimaksudkan untuk menghadapi ancaman rudal dari Timur Tengah, pada khususnya Iran. Pada 2020, sistem itu akan dapat mempertahankan diri terhadap Rudal Balistik Antarbenua jarak terjauh.
Sumber-sumber NATO mengatakan bahwa keberatan Turki terhadap pengkhususan negara seperti Iran sebagai ancaman, membuat NATO tidak akan mengidentifikasi Iran dalam pernyataan pertemuan puncak itu.
Tapi, menurut sumber-sumnber itu, para pemimpin tersebut akan terus menjelaskan dari mana ancaman yang mereka yakini akan datang, dan seorang pejabat AS menyoroti ancaman itu dari Timur Tengah.
"Ini sistem bertahap dan jika ancaman rudal jarak jauh, ICBM (rudal balistik antarbenua), itu berkembang, sistem ini akan benar-benar mampu mencegat rudal-rudal yang datang dari Timur Tengah," kata Ivo Daalder, duta besar AS untuk NATO.
Menurut beberapa diplomat NATO, perincian termasuk komando dan kontrol akan disusun kemudian.
Mereka menyatakan harapan bahwa perisai itu akan dioperasikan melalui sutruktur komando NATO yang ada bekerja sama dengan komando-komando nasional, sebagaimana halnya dengan pertahahan udaranya


sumber :

-

ANTARA/Reuters, Sabtu, 20 November 2010