Kamis, 17 Maret 2011

Tsunami Jepang Sudah Diprediksi Sebulan Sebelum Kejadian


REPUBLIKA.CO.ID,PADANG--Gempa kuat diikuti gelombang tsunami menerjang Jepang Jumat (11/3) sudah diprediksi sebulan sebelumnya oleh para ahli dari beberapa universitas terkemuka di negara sakura itu.
Prediksi itu disampaikan ahli tersebut dalam Simposium Internasional "Urban Community Based Disaster Education" yang diselenggarakan 16-19 Februari 2011 digelar Asia-Pasific Cultural Center for UNESCO (ACCU) dan Kogakuin University Jepang di Shinjuku City, kata Direktur Eksekutif Komunitas Siaga Bencana (Kogami) Indonesia, Rina Patra Dewi kepada ANTARA di Padang, Rabu.
Patra Dewi hadir dalam simposium mewakili Indonesia didasarkan penilaian ACCU sebagai NGo yang berhasil membangun gerakan budaya siaga bencana tsunami di Kota Padang. Ia menyebutkan dalam simposium itu, para ahli dari beberapa universitas terkemuka di negara memaparkan peran pemerintah Jepang mengenai kesiapsiagaan negara itu menghadapi bencana gempa dan tsunami.
"Para ilmuwan Tokyo University, Kyoto University, Kogakuin University dan Kobe Kaguin University secara terang-terangan mengatakan kalau Jepang sedang menunggu gempa besar dengan kekuatan lebih dari 8,0 SR yang kemungkinan terjadi dalam waktu dekat," katanya.
Ia menambahkan, para ilmuan itu memang tidak pernah bisa menyebutkan kapan tanggal gempa akan terjadi dan apakah akan memicu tsunami. Dalam kenyataannya gempa besar itu terjadi 11 Maret 2011 namun kekuatannya diatas yang diprediksi yakni lebih dari 9,0 SR, kata Patra.
Ia menjelaskan, berkaca dari kejadian di Jepang maka terlihat sama dengan keadaan Sumatera Barat yang saat ini juga menjadi tumpuan perhatian ahli-ahli dunia tertuju. Bahkan Tim-9 terdiri dari ahli gempa dan ahli tsunami bentukan Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB) juga telah beberapa kali datang ke daerah ini untuk meyakinkan pemerintah daerah tentang persoalan yang serius terkait prediksi rawan tsunami.
Para ahli dan tim-9 sudah menyampaikan ada persoalan serius yang harus segera ditangani di Sumbar, namun sampai sekarang belum terlihat langkah-langkah nyata untuk upaya kesiapsiagaan, seperti kurikulum siaga bencana sekolah.


Republika – Rab, 16 Mar 2011