Minggu, 05 Desember 2010

MENGEMBANG BIAKKAN ULAR CORN SNAKE

Corn snake sudah terkenal dengan ukuran tubuhnya yang imut, sisik yang cantik dan berwarna-warni. Ular manis yang satu ini sangat digemari oleh berbagai kalangan, bahkan tak jarang mereka yang tidak menyukai ular akan merasa gemas pada simungil ini.
Corn snake di Indonesia bukan binatang eksotis yang umum dengan pasaran yang masih lumayan tinggi, sehingga timbulah dari beberapa hobbyist keinginan untuk mengembang biakan ular koleksi mereka. Mengembang biakan corn snake termasuk hal yang sangat mudah dibanding dengan pengembang biakan ular jenis lain seperti boa constrictor.  Akan tetapi, sebelum kita melangkah jauh pada topik mengemang biakan corn snake, ada hal-hal penting yang harus dipertimbangkan dengan matang.
Apakah anda benar-benar ingin mengembang biakan corn snake anda?
  1. Akan dikemanakan bayi-bayi corn snake anda setelah menetas?
    Apakah anda akan menjualnya? Jika benar apakah anda telah memiliki pasaran untuk menjualnya?  Jika tidak mungkin anda akan bangkrut dengan biaya bulanan yang semakin membengkak dari waktu ke waktu, tidak mustahil anda akan menjual bayi anda dengan harga yang sangat murah pada akhirnya.
  2. Apakah anda sudah siap untuk memelihara sejumlah besar ular-ular yang akan anda miliki? Harus diingat bahwa tanggung jawab anda akan semakin besar dengan jumlah ular yang meningkat pesat, membersihkan begitu banyak kandang akan sangat melelahkan dan mungkin anda akan merasa bosan dalam beberapa waktu.
  3. Apakah anda sudah menyiapkan dana untuk  pakan dan kandang? Seekor corn snake betina biasanya dapat menetaskan telur hingga 15 ekor, bayi-bayi tersebut akan melahap kurang lebih 30 bayi tikus putih (pinkies) setiap minggunya. Sedangkan bayi tikus putih sangat sulit didapat dipasaran, jangankan 30 ekor perminggu, terkadang mencari lima ekorpun sudah sangat sulit.
  4. Apakah anda siap mempertaruhkan nyawa corn snake anda? Mengawinkan corn snake memiliki beberapa resiko yang anda harus pahami.
Resiko dalam perkawinan dua induk corn snake:
  1. Dystocia: lebih dikenal dengan egg-binding, ini merupakan proses bertelur yang tidak normal. Ketika bertelur induk betina membutuhkan energi yang sangat banyak. Jika keadaan induk betina tidak prima, bisa dipastikan akan berbahaya bagi kesehatannya dan dapat menyebabkan  kematian.
  2. Transfer Disease: Dalam perkawinan dua induk tidak jarang terjadi pemindahan penyakit antara keduanya. Terkadang ular membawa pathogen yang tidak berbahaya bagi dirinya tapi dapat membahayakan ular lain.
  3. Kanibalisme: Walau sangat jarang terjadi, salah satu induk mungkin membunuh dan memakan induk lainnya.
Bukanlah maksud hati untuk mengurungkan niat anda, tapi anda harus sadari bahwa anda akan memiliki tanggung jawab yang lumayan besar bersamaan dengan berkembangnya koleksi anda nanti.
Jika anda masih bersikeras untuk mengembang biakan corn snake anda, silahkan membaca lebih lanjut.
Tahap-Tahap Breeding Corn Snake
1. Pre-Breeding Conditions:
Yang perlu anda ingat sebelum anda memulai adalah memastikan kedua ular induk dalam kondisi prima, tidak sakit dengan berat badan yang sesuai. Kondisi kesehatan yang kurang baik pada induk bisa menimbulkan komplikasi pada induk betina dan telur-terlunya. Terlebih lagi jika anda meletakkan ular yang sakit pada masa hibernasi kondisi ular akan sangat cepat memburuk dan bisa berakibat fatal. Induk betina dengan kondisi tidak sehat sering ditemukan mati pada masa kehamilan atau masa bertelur.
Timbanglah Ular: Sebelum memulai proses hibernasi, timbanglah ular terlebih dahulu karena ular akan mengalami pengurangan berat badan hingga beberapa gram.
Over Feeding: Anda bisa memberinya makanan dengan ukuran lebih besar daripada biasanya dan lebih sering. Lakukan “over feeding” ini dalam waktu kurang lebih enam bulan sebelum hibernasi.
Kosongkan perut ular: Sebelum anda memulai proses hibernasi, pastikan bahwa perut kedua induk ular dalam keadaan kosong.
2. Brumation:
Corn snake adalah reptil yang berasal dari Negara dengan empat musim, salah satu hal yang pasti dilakukan corn snake selama musim dingin adalah hibernasi, istilah hibenarsi untuk reptil lebih tepat  disebut dengan “Brumation”.  Waktu yang terbaik adalah setelah musim hibernasi, tentu saja awal spring. Tapi berhubung Indonesia hanya memiliki dua iklim anda dapat memanipulasi brumation ini dengan permainan suhu. Beberapa breeder reptile tidak melakukan brumation atau menghibernasikan hewan mereka sebelum proses perkawinan. Tapi sangat dianjurkan untuk melakukan brumation karena pada spesies tertentu, induk pria yang telah menjalani proses penurunan suhu lebih fertil (subur) dari pada ular yang tidak menjalani proses penurunan suhu, begitu pula pada induk betina yang telah mengalami proses penurunan suhu mampu memproduksi telur yang lebih baik dari pada yang tidak
Pre Cooling
Pre Cooling  adalah penurusan suhu berkala untuk proses brumation hingga suhu 50F/32C  selama satu bulan. Proses penurunan suhu ini akan memakan waktu 2,5 hingga 3 bulan
- Aturlah suhu Pre Cooling sekitar 65F/47C  s/d  70F/52C  kurang lebih selama lima hingga tujuh hari.
- Kemudian aturlah suhu diantara 55F/37C  hingga 60F/42C selama sekitar satu bulan.
- Atur kembali suhu 50F/32C dalam jangka waktu satu hingga dua bulan
Pengurangan suhu yang secara perlahan tersebut sangat diperlukan untuk menghindari kejutan suhu pada tubuh ular untuk proses brumation. Tanpa proses penurunan suhu yang berskala dan tepat dapat mengakibatkan banyak komplikasi pada induk ular.
After Cooling:
Setelah suhu kandang munurun hingga 50F selama satu bulan, anda harus kembali menaikan suhu dengan tahapan terbalik. Atur suhu pada 65F-70F kurang lebih 5 hingga 7 hari, lalu naikan suhu kandang kembali pada keadaan normal seperti biasanya. Biarkan ular pada suhu normal selama dua hingga tiga hari lalu berilah makan dalam jumlah kecil. Lima hari kemudian anda bisa mulai memberi makan ular anda dalam jumlah dan jadwal seperti biasanya.
3. Mempertemukan Dua Induk:
Anda memiliki dua pilihan dalam mempertemukan dua induk:
  1. Tunggulah hingga induk betina berganti kulit sekali setelah brumation. Ini merupakan masa perkembang biakan yang optimal karena sisik ular yang segar mengandung pheromones yang dapat merangsang proses perkawinan.
  2. Tunggulah hingga induk betina telah 3 atau 4 kali makan setelah brumation. Mayoritas breeder memilih cara ini karena lebih meyakinkan sebagai tolak ukur bahwa induk betina telah benar-benar pulih dari proses brumation.
Pertemukan kedua induk jantan dan betina pada satu kandang. Berilah makan sesuai dengan jadwal seperti biasanya, tapi harap diingat untuk memisahkan mereka disaat pemberian makan.
Walaupun secara umumnya proses perkawinan terjadi pada malam hari, tak jarang kedua induk kawin setelah shedding (mengganti kulit) atau setelah makan.
Anda bisa memisahkan kedua induk setelah beberapa kali kawin atau anda bisa menunggu hingga perut induk betina mulai membengkak.
Setelah anda melihat pembengkakan pada perut induk betina, berilah dia pakan yang lebih sering dan lebih banyak. Hal tersebut sangat penting untuk menjaga kesehatan induk dan telurnya karena induk yang hamil membutuhkan asupan nutrisi yang sangat banyak. Terlebih lagi dikarenakan induk akan mengalami banyak penurunan berat badan.
4. Betina Bertelur:
Induk betina akan bertelur sekitar 20 hingga 30 hari setelah proses perkawinan. Dalam waktu kurang lebih satu hingga dua minggu sebelum bertelur, induk betina akan berganti kulit, setelah pergantian kulit ini induk betina akan berhenti makan hingga bertelur.
Pada masa optimal ini anda harus menyiapkan wadah tambahan sebagai sarang untuk bertelur bagi induk betina. Anda bisa menggunakan ember atau wadah silinder plastik yang cukup besar untuk induk melingkarkan badanya seperti pada posisi mengeram. Letakan wadah tersebut didalam kandang induk betina. Berilah lubang pada sisi ember/wadah plastik sehingga sebagai jalan keluar masuk bagi induk. Anda nanti akan sering melihat induk betina bersembunyi dalam sarang terserbut dan menjulurkan kepala hingga batas lehernya saja keluar.
Isilah setengah penuh wadah sarang dengan medium atau lumut yang lembab, biasa digunaka “peat moss”, “sphaghum moss” atau “vermiculite”. Medium ini akan membantu telur-telur dari dehidrasi dan juga menjaga posisi telur agar tidak bergulir ketika sang induk bergerak.
Pada umumnya induk betina akan bertelur pada wadah sarang tersebut, tapi tak jarang induk betina bertelur pada posisi lain diluar sarang.
Jangan ganggu induk selama masa bertelur karena ini adalah masa yang sangat stress bagi induk. Anda mungkin harus memindahkan induk sewaktu mengambil telur, tapi biarkan si induk beristirahat selama dua hingga tiga jam setelah dia selesai bertelur. Pada saat ini anda sebaiknya terus memberikan induk betina dengan porsi makanan yang kecil demi menjaga nutrisi dan staminanya.
5. Pengeraman dan Penetasan:
Pisahkan Telur: Pisahkan telur dengan induknya. Usahakan posisi telur tetap karena kemungkinan besar embrio ular dapat tenggelam jika anda membaliknya.
Umumnya telur akan menempel satu sama lain, perhatikan warna dan corak dari setiap telur. Telur yang sehat memiliki warna putih bersih, bentuknya bundar dan halus. Telur yang buruk akan tampak kekuningan dan terasa lembab atau basah. Jika anda tidak merasa yakin dalam membedakan antara telur yang subur dengan yang tidak, tunggulah hingga beberapa telur membusuk. Pisahkan telur yang baik dengan yang buruk untuk menghindari pembusukan menular. Telur yang buruk biasanya sangat mudah untuk dipisahkan dengan telur yang lain, sedangkan telur yang baik akan menempel erat. Jangan pernah pisahkan telur yang baik karena pasti akan robek. Telur yang buruk kadang dapat dipisahkan dengan benang flosh yang biasa dipakai untuk membersihkan sela gigi.
Beberapa breeder bersikeras bahwa telur yang buruk tidak membahayakan telur yang baik, tapi tetap saja bau telur yang buruk sangat menyengat dan tidak jarang kasus terjadi dimana telur yang buruk membusukkan semua telur yang baik.
Inkubasi dan Medium: Anda membutuhkan inkubasi yang dapat anda beli atau anda buat sendiri, misalnya Hovabator incubator. Anda dapat membuat home made incubator dengan pendingin sterofom (Styrofoam), pita pemanas dan thermostat. Apakah anda pusing mendengarnya? Jangan kuatir karena pada kenyataannya telur dapat menetas hampir disegala macam wadah dengan pengaturan suhu dan kelembaban yang tepat. Menurut penelitian terkini, pengaturan suhu dapat bervariasi sekitar 78F/60C s/d 80F/62C  atau ada kalanya ditemui penetasan dengan suhu 72F/54C s/d 90F/72. Variasi suhu yang tidak terlampau jauh dari normal dapat menghasilkan produksi dengan jumlah rasio jenis kelamin yang seimbang, jumlah yang lebih banyak dan hasil anakan yang lebih kuat.
Gunakanlah medium yang dapat mempertahankan suhu dengan baik. Banyak orang merekomendasikan “vermiculite” dan “perlite” sebagai medium eraman. Campurkan kedua medium dengan air atau salah satunya saja juga cukup, rasio perbandingan antara air dan medium adalah 4:3. Beberapa breeder lebih menyukai perbandingan rasio 1:1. Pastikan saja kalau medium eraman lembab tapi jangan terlampau basah . Wadah inkubasi anda membutuhkan lubang ventilasi untuk pergantian udara. Anda bisa membuka wadah saja tanpa repot-repot membuat ventilasi. Tapi dengan membuka wadah beresiko telur anda dimakan binatang pemangsa seperti tikus.
Letakan telur pada medium, ada yang meletakkannya begitu saja ada yang menguburkannya setengah atau tiga perempat bagian.  Meletakannya setengah terkubur akan lebih baik karena telur dalam posisi yang paling aman. Sekali lagi, berhati-hatilah agar posisi telur tidak terbalik waktu anda meletakannya,  karena bisa menyebabkan embrio dalam telur tenggelam.
Setelah 40 hingga 45 hari, mayoritas breeder akan menutup telur-telurnya dengan Koran atau anduk kertas yang dibasahi sehingga terasa lembab. Hal ini dilakukan untuk menjaga kulit telur agar tetap lembut , sehingga penetasan akan berjalan lebih mudah bagi bayi ular.
Hal yang paling dihindari adalah kehilangan telur-telur anda setelah proses yang begitu panjang dan lama. Jadi pastikan kalau anda mengatur dua hal yang sangat penting dengan tepat, yaitu temperatur dan tingkat kelembaban.
Suhu yang tinggi memang dapat mempercepat penetasan telur, tapi ini beresiko lebih besar dalam kegagalan penetasan. Telur akan menetas sekitar 50 hingga 55 hari.
Penetasan:
Tibalah saat yang paling ditunggu, pada hari kelima puluh biasanya bayi ular mulai memakan cairan dalam cangkangnya lalu mulai memotong cangkang dari dalam. Akhirnya anda dapat melihat kepala kecil mulai keluar dan mengintip dunia untuk pertama kalinya. Inilah saat yang paling menegangkan dan menggairahkan bagi breeder.
Bantulah bayi-bayi ular anda dengan memotong cangkang lebih lebar sehingga mereka lebih leluasa untuk keluar. Jika dalam waktu 24 jam ada telur yang tidak juga mau menetas, irislah cangkang dengan pisau yang sangat tajam. Berhati-hatilah agar tidak memotong bayi ular didalamnya. Biarkanlah ular keluar dengan sendirinya.
Ketika bayi ular telah sempurna keluar dari cangkangnya, anda bisa mengangkatnya dan meletakkan mereka diatas handuk yang bersih agar cairan yang menempel pada yubuh bayi ular menyerap pada handuk. Setelah kering anda bisa mulai meletakkan mereka pada kandang-kandang yang anda telah sediakan.
First time Feeding:
Bayi ular yang baru menetas akan mulai makan setelah pergantian kulit yang pertama. Berilah pinkies padanya setiap tiga hingga empat hari. Frekuensi pergantian kulit bayi corn snake memakan waktu empat hingga lima minggu sekali. Seperti halnya ular dewasa, bayi corn snake akan mogok makan ketika tiba saatnya untuk ganti kulit.
sumber : SATWA UNIK

sumber :

Feb 17, '10 3:34 PM
for everyone