Jumat, 20 Mei 2011

Ingin Hidup Lebih Lama? Carilah Teman Kerja yang Cocok


REPUBLIKA.CO.ID, NEW York - Memiliki teman yang memberi dukungan bukan hanya membuat pekerjaan jadi lebih mudah, tapi juga membantu orang hidup lebih lama, demikian hasil satu studi baru.
Beberapa peneliti mendapati hubungan baik dengan rekan kerja memiliki dampak pada risiko kematian bagi banyak orang dan paling berpengaruh antara usia 38 dan 43 tahun.
"Dukungan sosial rekan sebaya, yang dapat menunjukkan seberapa baik seseorang memiliki hubungan sosial di dalam konteks pekerjaannya, adalah penunjuk penting mengenai risiko semua penyebab kematian," kata beberapa peneliti di dalam studi yang disiarkan di jurnal Health Psychology, yang diterbitkan oleh American Psychological Association.
Dr Arie Shirom dan timnya mempelajari catatan medis lebih dari 800 pekerja yang telah diikuti perkembangan mereka selama 20 tahun, dari 1988 sampai 2008, dan daftar pertanyaan yang mengukur tuntutan pekerjaan, kendali kerja dan dukungan rekan sebaya serta penyelia.
Meskipun menyatakan bahwa bos adalah topik pekerjaan favorit, studi tersebut memperlihatkan bahwa memiliki penyelia yang memberi dukungan tak memiliki dampak pada masalah kematian.
Para peneliti itu juga mendapati perbedaan mencolok antargender dalam masalah dampak memiliki kendali dan wewenang pengambilan keputusan di tempat kerja. Kondisi tersebut meningkatkan risiko kematian pada perempuan di dalam studi itu, tapi memiliki dampak perlindungan bagi pria.
Wewenang pengambilan keputusan dilandasi atas pekerja yang mampu memanfaatkan gagasan mereka, memiliki masukan tentang cara memanfaatkan keterampilan mereka dan kebebasan untuk membuat keputusan guna menyelesaikan tugas.
Shirom menjelaskan semua temuan itu dan mengatakan kebanyakan orang di dalam studi tersebut memiliki pekerjaan kantoran. Dalam kondisi itu, pria memiliki tingkat kendali tinggi dan perempuan tidak.
Sepertiga orang di dalam studi tersebut adalah perempuan. Rata-rata hari kerja adalah 8,8 jam. Sembilan-puluh persen orang yang ditanyai sudah menikah, dan hampir separuhnya telah menjalani pendidikan sedikitnya selama 12 tahun.
Para peneliti juga mengukur faktor risiko lain yang dapat berdampak pada kematian seperti tingkat kolesterol, tekanan darah, merokok, minum dan tingkat kecemasan.


Republika – Kam, 12 Mei 2011